Bahagia Saat Tarawih


Salah satu kebahagiaan yang tidak terkira pada bulan ramadhan adalah tersedianya peluang untuk melakukan ibadah sebanyak-banyaknya, selain ibadah wajib yang memang Allah telah sediakan pahala berlipat ganda berupa 70 kali lipat, begitu pula amal ibadah sunnah yang pahalanya seperti melakukan amal ibadah wajib. Dan diantara sunnah yang dianjurkan untuk diamalkan pada bulan Ramadhan dan tidak ada pada bulan lainnya adalah shalat sunnah tarawih atau qiyam lain. Pada malam hari umat Islam disunnahkan untuk pergi menuju masjid, mushalla dan tempat ibadah guna menunaikan ibadah ini. Dan Rasulullah sendiri memberikan kepada umat Islam janji yang begitu besar bagi siapa yang menaunaikan ibadah ini dengan baik dan benar. Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ عَلَيْكُمْ وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan kepada kalian, dan aku mensyariatkan kepada kalian agar mendirikan qiyam pada malam harinya (dengan shalat tarawih). Maka Barangsiapa yang berpuasa dan mendirikan qiyam pada malam harinya karena iman dan mengharap ridha Allah SWT niscaya keluar segala dosa-dosanya seakan ia baru dilahirkan dari rahim ibunya”. (Nasai, Ibnu Majah dan Musnad imam Ahmad)

Yang dimaksud dengan qiyam di sini adalah menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan dengan ibadah dan amal kebaikan lainnya, sementara yang masyhur di kalangan umat Islam dan banyak dilakukan oleh mereka adalah dengan menunaikan shalat tarawih berjamaah di masjid-masjid, di mushalla dan tempat-tempat ibadah lainnya. Walaupun ada banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan seperti; tadarus Al-Quran, tahajjud, dzikir, doa, dan lain sebagainya.

Terutama ketika memasuki 10 hari terakhir, maka disunnahkan pula untuk lebih mengencangkan dan memperbanyak ibadah pada malam-malam tersebut, dengan beri’tikaf di dalam masjid dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah dan amalan-amalan shalih dengan harapan mendapatkan satu malam yang dinamakan dengan lailatul Qodar, yang keistimewaannya sebanding dengan ibadah selama 1000 bulan.

Dan Nabi SAW sangat menganjurkan umatnya agar tekun mengerjakan qiyam Ramadhan, seperti yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, katanya: adalah Rasulullah SAW. bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan karena iman (membenarkan janji-janji Allah SWT) dan ihtisaban (mangharap ridha Allah SWT dan pahala) niscaya diampunkan baginya dosa-dosanya yang telah lalu” (Bukhari dan Muslim).

Dan Rasulullah saw selama hayatnya tidak pernah meninggalkan malam-malam Ramadhan. Ketika memasuki bulan Ramadhan beliau memperbanyak amal ibadah qiyamnya dan apabila memasuki 10 hari terakhir beliau lebih mengencangkan ikat pinggangnya agar dapat beribadah lebih optimal dan membangunkan istri-istrinya untuk beri’tikaf dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah.

Dan di antara tujuan disyariatkannya qiyam Ramadhan (shalat tarawih) adalah:

1. Semangat memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah, karena pada bulan Ramadhan disyariatkan menghidupkan qiyamullail secara berjamaah di masjid.

2. Disunnahkannya kaum wanita untuk menunaikan shalat qiyam di masjid (keluar dari rumah mereka), padahal pada hari-hari biasa, walaupun untuk menunaikan ibadah shalat wajib diutamakan untuk ditunaikan di dalam rumah.

3. Semangat hidup berjamaah, walau dalam masalah yang sunnah. Karena itulah dalam bulan Ramadhan sering terlihat umat Islam semarak menghidupkan qiyam secara berjamaah dimana-mana tidak hanya di masjid, di mushalla dan tempat ibadah lainnya, namun juga di perkantoran, di lapangan, di perkampungan dan sebagainya.

4. Menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan dengan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk begadang tanpa guna, menonton televisi/ tayangan sinetron, jalan-jalan di pusat perbelanjaan dan lain sebagainya.

5. Semangat untuk mengejar yang sunnah setelah menunaikan yang wajib. Sebagaimana Allah selalu perintahkan:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (Al-Insyirah:7)

dan yang demikian juga akan menambah kecintaan Allah kepada hamba-Nya, seperti yang disebutkan dalam hadits Qudsi:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ ، وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَىْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِى عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ ، يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ »

“Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: telah bersabda Rasulullah SAW.: “Sesungguhnya Allah telah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya, dan tidaklah seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepadaKu pasti Aku akan melindunginya, tidaklah Aku ragu tentang sesuatu yang aku lakukan seperti keraguanku tentang (mencabut) nyawa seorang mu’min, dia tidak suka kematian (kesakitan dan kesulitanny), sedangkan Aku tidak suka keburukannya (menyakitinya krn saat lanjut usia ia akan berkurang kekuatannya, menjadi uzur dst, juga sakitnya ia menghadapi kematian) (Bukhari, Al Baihaqi, Ibnu Hibban dan at-Thabraniy dengan redaksi yg agak berbeda).

Dari kesemua itu dapat kita lihat, begitu bahagianya masyarakat dalam menghidupkan malam-malam Ramadhan, kesemarakan ada dimana-mana, bahkan anak-anak pun sangat antusias untuk mengikuti aktivitas ibadah Ramadhan ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2010 Blognya Ikhwan All Rights Reserved

Design by Dzignine