Hikmah Berqurban

Alhamdulillah kita bisa sampai pada Idul Adha tahun ini. Kita pun wajib merenungkan nilai-nilai pada Iedul Qurban ini sebagai bentuk penambahan nilai ketakwaan. Karena pada dasarnya kata Qurban sendiri memiliki makna mendekatkan diri kepada kepada Allah. Kata itu berasal dari kata Qaraba yang artinya berserah.

Setahun sekali, melalui Idul Adha ini, bagi umat muslim yang mampu diperintahkan untuk berkorban dengan bentuk pengorbanan binatang, baik itu sapi maupun kambing. Syariat ini berasal dari peristiwa pengorbanan hewan yang biasa dilakukan oleh Nabi Ibrahim alaihissalam. Ibrahim memang suka berkurban dengan ratusan bahkan ribuan hewan ternak yang dimiliki sebagai bentuk menjalankan perintah Allah.

"Jangankan harta, anak pun akan kukorbankan kalau itu perintah Allah," demikianlah kalimat yang Nabi Ibrahim kelaurkan ketika diatanya oleh umatnya. Sementara Ibrahim terus berdoa agar mendapatkan keturunan sebagai penerus dalam menyebarkan ajaran Allah.

Setelah beberapa tahun, Ibrahim pun ditagih janjinya oleh Allah ketika dikaruniai seorang anak. Ia diperintahkan menyembelih anak semata wayangnya, Ismail. Dengan pasrah ia pun melakukan persiapan untuk melaksanakan perintah Allah itu hingga kemudian pengorbanan diganti dengan hewan kembali atas perintah Allah.

Itulah syariat tentang perintah berkurban yang dalam tradisi umat islam dilakukan setahun sekali, yakni pada Iedul Fitri.  Ditengah bencana yang melanda negeri ini, patut jugalah kita melakukan pengorbanan dalam bentuk lainnya. Saudara-saudara kita di Wasior yang terkena banjir bandang, mereka di Mentawai yang terkena sapuan tsunami, dan mereka yang menjadi korban dari erupsi Merapai di Jogja juga memerlukan pengobanan bagi dari kita.

Apa yang mereka alami adalah bagian dari pada ujian kita juga. Bencana yang itu tak lain merupakan ujian bagi kita untuk meningkatkan ketakwaan.
Takdir Allah tidaklah bisa kita duga. Hanya Allah-lah yang mengetahui tentang kehendak-Nya. Jika Allah akan menurunkan bencana pada suatu kaum, Dia pulalah yang mengetahui kapan bencana itu terjadi. Lukman Al Hakim mengibaratkan bahtera kehidupan di dunia ini sebagai lautan yang sanga luas dan dalam yang menyebabkan banyak insan tenggelam di dalamnya.

Maka jadikanlah diri kita sebagai perahu yang diatasnya adalah bertakwa kepada Allah, sementara muatannya adalah iman dan layarnya adalah tawakkal.

Meski demikian, sebagai ujian, kita sudah diperingatkan Allah agar tidak bermegah-megahan dengan harta yang kita miliki. Kita diwajibkan untuk menyalurkan sebagian harga kita itu, sebab kemegahan itu bisa saja menjadi bencana. Terkait hal itu, Allah berfirman :

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (suatu mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (QS. 17:16)

Dalam ayat diatas sangat jelas disebutkan agar kita tidak hidup bermewah-mewah. Kita diwajibkan untuk saling berbagi dengan kemewahan yang kita miliki, baik pengeluaran harta sebagaimana diwajibkan oleh syar,i maupun pengeluaran harta sebagai amal jariyah kita. Hal itu untuk kemaslahatan umat manusia, termasuk dengan mengambil hikmah dari peristiwa yang melanda negeri ini.

Di sinilah kita mendapatkan kontektualisasi dari pengorbanan (baca: bantuan) kita untuk saudara-saudara kita yang kurang mampu maupun bagi mereka yang terkena musibah bencara di beberapa daerah tersebut. Itu semua semata-semata untuk ujian ketakwaan kita. Kita harus mencontoh Nabi Ibrahim yang begitu pasrah ketika menerima perintah Allah melalui mimpinya untuk menyembelih anaknya, Ismail. Ibrahim begitu iklah padahal Ismail adalah anak semata wayangnya. Hal itu, tak lain adalah karena ketakawaan dalam menjalani segala perintah Allah.

Kemashlahatan, insya Allah, akan kita dapai apabila kita ambil hikmah dari peristiwa Idul Adha yang kita rayakan tahun ini. Iedul Adha mengisyaratkan kita untuk senantiasa menghiasi seluruh kehidupan dengan pengorbanan, akan tetapi pengorbanan yang benar-benar disadari dan dilandasi oleh ketulusan beribadah yang sesungguhnya agar mampu menempatkan kita pada kedudukan yang terhormat di sisi Allah.

Pada akhirnya, semoga dengan semangat Iedul Adha kita dapat terus meningkatkan ketakwaan dan semangat berkorban yang insya Allah dapat menjadi bagian dari pada pengabdian kita terhadap agama, bangsa, dan negara. Allahuakbar walillahilhamd.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2010 Blognya Ikhwan All Rights Reserved

Design by Dzignine